BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Enzim merupakan golongan protein yang paling
banyak terdapat dalam sel hidup. Sekarang, kira-kira lebih dari 2.000 enzim
telah teridentifikasi, yang masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi
kimia dalam sistem hidup. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar
enzim dapat diperoleh dari ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya
(Yazid, 2006).
Enzim adalah unit fungsional dari metabolisme
sel. Enzim bekerja dengan urutan-urutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan
reaksi dari reaksi yang sangat sederhan seperti replikasi kromosom sampai ke
reaksi yang sangat rumit, misalnya yang menguraikan molekul nutrient, menyimpan
dan mengubah energi kimiawi. Masing-masing reaksi dikatalisis oleh sejenis
enzim tertentu. Diantara sejumlah enzim tesebut, ada sekelompok enzim yang
disebut enzim pengatur. Enzim dapat mengenali berbagai isyarat metabolis yang
diterima. Melalui aktivitasnya, enzim pengatur mengkoordinasikan system enzim
dengan baik, sehingga menghasilkan hubungan harmonis diantara sejumlah aktivitas
metabolis yang berbeda. Pada keadaan abnormal atau aktivitas berlebihan suatu
enzim dapat menimbulkan penyakit (Yazid, 2006).
Organisme hidup mampu
mendapatkan dan menggunakan energi dengan cepat karena adanya katalis biologis
yang disebut enzim. Enzim dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk perubahan besar
pada molekul substrat (Maria, 2012).
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan praktikum ini yaitu:
1.
Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?
2.
Bagaimana
pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim?
3.
Bagaimana pengaruh derajat keasaman (ph)
terhadap kerja enzim?
C.
Tujuan Percobaan
Percobaan pada praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim.
3. Untuk mengetahui pengaruh derajat keasaman (ph) terhadap kerja
enzim.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Gambaran Umum
Enzim
merupakan biomolekul yang berasal dari protein yang berfungsi sebagai katalis.
Reaksi ini dalam suatu reaksi kimia organik. Substrat (molekul awal) akan
dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk
yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi biologis sel memerlukan
enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arahan lintasan
metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promotor. Dalam bekerja
enzim bereaksi dengan molekul substrat menghasilkan senyawa intermediat dan
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga reaksi dapat dipercepat.
Reaksi kimia terjadi karena energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu
lebih lama. Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi awal, pada akhir
reaksi molekul katalis akan kembali ke bentuk semula (Baharuddin, 2011).
Enzim, seperti protein
lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-kira 12.000 sampai lebih
dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan dengan
substrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari
polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino. Akan
tetapi enzim lain memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya komponen
ini disebut kofaktor. Kofaktor mungkin suatu molekul anorganik seperti ion
Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ atau mungkin juga suatu molekul anorganik kompleks yang
disebut koenzim. Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun satu atau lebih
ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya
terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein, tetapi pada enzim
lain senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini
disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis,
bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan
ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim
akan terdenaturasi oleh pemanasan (Baharuddin, 2011).
Mekanisme reaksi enzim biasanya sangat spesifik
terhadap reaksi yang dikatalisisnya dan terhadap substrat yang terlibat dalam
reaksi. Bentuk, muatan dan karakteristiknya yaitu hidrofobik/hidrofolik enzim
dan substrat bertanggung jawab terhadap kepsesifikan ini. Enzim juga dapat
menunjukkan tingkat stereospesifitas, regioselektivitas, dam kemoselektivitas
yang sangat tinggi. Beberapa enzim yang menghasilkan metabolit sekunder
dikatakan sebagai tidak pilih-pilih yakni bahwa enzim dapat bekerja pada
berbagai jenis substrat yang sangat luas ini sangat penting terhadap evolusi
lintasan biosintetik baru (Baharuddin, 2011).
B. Gambaran Khusus
Susu merupakan bahan
pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal sebagai bahan yang tidak tahan
lama dan mudah rusak (perishable food),
hal ini disebabkan karena susu mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang
mendekati normal dan kandungan nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini
merupakan keadaan yang cocok untuk pertumbuhan optimum mikroorganisme
(Resnawati, 2010).
Dalam protein yang ada pada susu terdapat
enzim, yang dapat bereaksi dengan zat lain. Dalam tubuh manusia terjadi
bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim
tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum nama
tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan penambahan ‘ase’ di
belakangnya (Poedjiadi, 2006).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun di luar sel. Suatu
enzim dapat mempercepat 108 sampai 1011
kali lebih cepat
daripada apabila reaksi
tersebut dilakukan tanpa katalis yang sangat efisien, di samping
itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi (Poedjiadi,
2006).
Menurut Maria (2012) enzim dinamakan dan diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi katalisnya.
kelompok utama enzim yaitu:
1. Oksidoreduktase: kelompok
enzim yang mengerjakan reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain.
2. Transferase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi
pemindahan suatu gugus sari suatu senyawa kepada senyawa lain.
3. Hidrolase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi
hidrolisis.
4. liase: kelompok enzim yang mengatalisis reaksi adisi
atau pemecahan ikatan rangkap.
5. Isomerase: kelompok
enzim yang mengatalisis perubahan komformasi
molekul (isomeriasi).
6. ligase/Sintetase: kelompok enzim yang mengkatalisis pembentukan
ikatan kovalen.
Enzim
amilase merupakan enzim yang mampu mengkatalis proses hidrolisis pati untuk
menghasilkan molekul lebih sederhana seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin.
Proses hidrolisis pati tersebut dilakukan melalui tiga tahapan yaitu
gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga tahapan tersebut memerlukan
energi yang relatif tinggi sehingga meningkatkan biaya produksi pada produk
berbasis pati. Proses hidrolisis merupakan proses pemecahan rantai molekul
polimer menjadi molekul penyusunnya yang lebih sederhana. Saat ini proses
hidrolisa polimer pati menjadi molekul yang lebih sederhana telah menjadi salah
satu tahapan penting dalam dunia industri. Hidrolisa pati tersebut dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan menggunakan asam atau enzim pemecah pati misalnya
dari golongan amilase. Penggunaan enzim amilase lebih dimintai sebab ramah
lingkungan, pemecahan yang terjadi lebih spesifik dan tidak menimbulkan rasa
yang menyimpang pada produk akhir. Proses hidrolisis pati menggunakan enzim
amilase dapat mencapai derajat hidrolis pati hingga 42%-97% tergantung jenis
substrat dan waktu inkubasi. Enzim amilase akan memecah substrat pati melalui
tiga tahapan utama yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga
proses tersebut merupakan proses dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi
sehingga meningkatkan biaya hidrolisis bahan berpati. Solusi yang dapat diambil
untuk menurunkan tingkat konsumsi energi tersebut adalah dengan menggunakan
enzim amilase yang dapat memecah pati tanpa proses gelatinisasi (pati mentah)
(Sutrisno, 2015).
Menurut Baharuddin (2011) mekanisme reaksi
enzimatis dapat digambarkan dengan beberapa metode:
1. Metode Fisher (model kaku/model kunci dan
gembok)
Model
kunci dan anak kunci mengumpamakan pasangan enzim-substrat berupa gembok dan anak
kuncinya. Berarti tidak sembarang anak kunci dipergunakan membuka dan menutup
gembok. Hal ini dikemukakan oleh Emil Fisher. Hal ini menjelaskan tentang
kespesifikan suatu enzim.
2. Metode Ketepatan Induksi
Berbeda
dengan metode fisher, model Koschland menggambarkan bentuk molekul enzim yang
lentur (fleksibel). Struktur enzim yang fleksibel, dan sisi aktif secara terus
menerus berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim dan substrat.
Akibatnya, substart tidak berikatan dengan sisi aktif yang kaku. Orientasi
rantai samping asam amino berbuah sesuai substrat sehingga enzim dapat
menjalankan fungsi kataliknya (Maria, 2012).
Pengukuran laju awal dari
suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim merupakan dasar pengertian yang
lengkap dari mekanisme kerja enzim, sama seperti pada penetapan aktivitas suatu
enzim dalam sampel biologi. Aktivitas enzim, konsentrasi substrat, pH, suhu,
adanya aktivator atau inhibitor dan kofaktor terhadap kerja enzim (Maria,
2012).
Menurut Sutrisno (2015)
ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah:
a.
Faktor suhu.
Dimulai dari suhu 0o K (partikel
enzim tidak dapat bergerak), setelah kenaikan 10oC kecepatan reaksi
enzimatis dua kali lipat. Reaksi ini akan berlangsung sampai dicapai suhu optimal
enzim yang bersangkutan. Bila suhu dinaikkan terus maka kecepatan reaksi mulai
turun sampai enzim akan terdenaturasi dan tidak dapat aktif lagi.
b. Faktor
keasaman (pH)
Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Diluar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya dapat
mengalami kerusakan. Ketiga, inhibitor. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh
molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim,
sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim dan keempat adalah
konsentrasi karena kadar enzim berbanding lurus dengan kecepatan enzimatis
(Baharuddin, 2011).
c. Pengaruh Konsentrasi Enzim
Pada konsentrasi substrak tertentu,
bertambahnya konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis.
Dengan kata lain, kecepatan reaksi enzim (V) berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim € sampai batas tertentu, sehingga reaksi mengalami
keseimbangan. Pada saat seimbang, peningkatan konsentrasi enzim sudah tidak
berpengaruh (Sutrisno, 2015).
d.
Pengaruh Konsentrasi Substrat
Pada konsentrasi enzim yang tetap, peningkatan
konsentrasi subsrat akan menaikkan kecepatan maksimun (Vmaks) yang tetap. Pada
titik maksimun, semua enzim telah jenuh dengan substrat, sehingga penambahan
substrat sudah tidak akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimats (Sutrisno,
2015).
Beberapa faktor yang menyebabkan enzim dapat bekerja dengan optimal dan efisien.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi enzim,
substrat, senyawa inhibitor dan aktivator, pH serta temperatur lingkungan.
Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis
berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi, hingga suhu
optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur
melewati temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan
kecepatan reaksi enzimatis (Novianti, 2012).
BAB III
METODE
PARAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Waktu
dan tempat dilaksanankannya praktikum pada hari Jumat, tanggal 11 Desember 2015, pukul 09.00-selesai
bertempat di Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, tabung reaksi, spiritus, kaki
tiga, pipet tetes, rak tabung, gegep, dan korek api.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
amilum 1%, air ludah (saliva), es batu, formaldehid, iodine 0,01%, larutan
amilum 0,5%, larutan lugol, methylen biru, paraffinum liquid dan susu,.
C. Prosedur
Kerja
Prosedur kerja
pada praktikum ini yaitu:
1. Pengaruh pH Terhadap Kegiatan enzim
a. Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
b. Memasukkan masing-masing 5 ml
larutan amilum 0,5% ke dalam tabung reaksi.
c. Menambahkan 4 tetes larutan NaOH
10% ke dalam tabung reaksi yang pertama.
d. Menambahkan 4 tetes larutan HCl
pekat ke dalam tabung reaksi yang kedua.
e. Menambahkan 5 ml air liur yang
telah diencerkan 50 kali ke dalam masing-masing tabung reaksi.
f. Mendiamkan masing-masing abung
reaksi pada suhu kamar selama 30 menit.
g. Mengamati perubahan yang terjadi.
h. Menambahkan 5 tetes larutan lugol
ke dalam masing-masing tabung reaksi.
i.
Mengamati perubahan yang terjadi
Menyiapkan 3 tabung reaksi
|
5 ml amilum 0,5 %
|
5 ml amilum
|
5 ml amilum
|
4 tetes NaOH
|
4 tetes HCI
|
5 ml air liur
|
Pendiaman pada suhu kamar 30 manit
|
Menambahkan 5 tetes larutan lugol
|
Mengamati
|
2.
Enzim
Schardinger dalam Susu
a. Menyediakan 3 buah tabung reaksi.
b. Memasukkan 5 ml susu ke dalam
tabung reaksi yang pertama.
c. Menambahkan 5 tetes campuran
larutan methylen blue dan formaldehid.
d. Menambahkan 2 tetes larutan
paraffinum liqudum.
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
f. Menambahkan 5 ml susu ke dalam
tabung reaksi yang kedua.
g. Menambahkan 5 tetes campuran
larutan methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
h.
Mengamati
perubahan yang terjadi.
i.
Memasukkan 5 ml susu yang telah dipanaskan dan didinginkan kembali ke
dalam tabung reaksi yang ketiga.
j.
Menambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid ke dalam
tabung reaksi tersebut.
k. Menambahkan 2 tetes paraffinum
liqudum ke dalam tabung reaksi.
l. Mengamati perubahan yang terjadi.
m. Memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi air panas
dengan suhu 37-40oC.
n. Mengamati perubahan yang terjadi.
Menyiapkan 3 tabung reaksi
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 2
|
5 ml susu
|
5 tetes methylene biru
|
5 tetes methylene biru
|
Dipanaskan
dan didinginkan
|
Formaldehid+paraffinum liquid
|
Formaldehid
|
Methylen
+ formal-
dehid+paraffinum
liquid
|
Memasukkan kedalam bejana berisi air panas
|
Mengamati
|
3.
Pengaruh
Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
a. Menyediakan 4 buah tabung reaksi.
b. Memasukkan 5 ml larutan amilum 1%
ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c. Memasukkan tabung reaksi yang
pertama ke dalam es
d. Menyimpan tabung reaksi yang kedua
pada suhu kamar.
e. Memasukkan tabung reaksi yang
ketiga ke dalam air panas pada suhu 38oC.
f. Menambahkan 2 tetes saliva encer
pada tabung reaksi pertama, kedua dan ketiga.
g. Menambahkan 2 tetes saliva encer
yang telah dipanaskan dengan air mendidih ke dalam tabung reaksi yang keempat.
h. Mengambil contoh dari masing-masing
tabung dan menetesi dengan iodine 0,01 M sebanyak 2 tetes pada pipet tetes
hingga interval 5 menit.
i.
Mengamati perubahan yang terjadi.
Menyiapkan 4 tabung reaksi
|
Celupkan dalam es
|
Pada suhu kamar
|
Air panas 38 0C
|
Saliva encer yang dipanaskan
|
5 ml air ludah
|
2 tetes saliva encer
|
Interval 5 menit, memasukkan sampel plat
tetes
|
2 tetes iodine 0,01 M
|
mengamati
|
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengaruh pH terhadap Kegiatan Enzim
No
|
Larutan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
5 ml amilum 0,5% + 4 tetes NaOH +
5 ml air liur
|
1
2
3
4
|
1.
Cincin berwarna putih
2.
Gumpalan panjang
yang menyambang
3.
Gelembung
4.
Endapan putih
|
2
|
5 ml amilum 0,5%
+ 4 tetes HCI pekak +
5 ml air liur
|
1
2
3
|
1. Cincin putih
2. Gumpalan panjang
yang menyambang
3. Endapan putih
|
3
|
5 ml amilum 0,5% +5 ml air liur
|
1
2
|
1. Gelembung
2. Endapan putih
|
Sumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar.
2. Enzim Scardinger Dalam Susu
No
|
Larutan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
5
ml susu+5 tetes methylen biru+formaldehid+ paraffinum liquid
|
a. Sebelum
pemanasan
1
2
3
|
1.
Biru tua
2.
Biru muda
3.
Coklat muda
|
b. Sesudah
pemanasan
1
2
3
|
1. Biru tua
2. Biru muda
3. Coklat kebiruan
|
||
2
|
5
ml susu+ 5 tetes methylene biru dan formaldehid
|
a. Sebelum pemanasan
1
2
3
|
1.
Biru tua
2.
Biru muda
3.
Coklat muda
|
b. Sesudah
pemanasan
1
2
|
1. Biru tua
2. Coklat kebiruan
|
||
|
5
ml susu dipanaskan dan didingnkan lagi+ 5 tetes methylen biru+formaldehid+
paraffinum liquid
|
a. Sebelum
pemanasan
1
2
3
|
1.
Biru tua
2.
Gumpalan biru muda
3.
Biru muda
|
b. Sesudah
pemanasa
1
2
3
|
1.
Biru tua
2.
Biru muda
3.
Warna coklat dan biru tua
|
Sumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar.
Waktu
(menit)
|
Warna
|
|||
Plat
tetes 1
|
Plat
tetes 2
|
Plat
tetes 3
|
Plat
tetes 4
|
|
5
|
Pucat
|
Bening
|
Coklat
|
Putih
keruh
|
10
|
Bening
keruh
|
Bening
|
Bening
|
Bening
Keruh
|
15
|
Bening
keruh
|
Bening
|
Bening
|
Bening
Keruh
|
3. Pengaruh Temperatur Terhadap
Keaktifan Suatu Enzim
Sumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar.
B. Pembahasan
Pada percobaan
pertama pada enzim yaitu pengaruh pH terhadap kegiatan enzim yaitu pertama-tama
menyiapkan tiga tabung reaksi kemudian menambahkan 5 ml amilum 0,5% kedalam
masing-masing reaksi setelah itu pada
tabung pertama menambahkan 4 tetes NaOH 10% dan air liur 5 ml, pada tabung
kedua menambahkan 4 tetes larutan HCI pekak dan 5 ml air ludah sedangkan pada
tabung ketiga cuma menambahkan 5 ml air
liur. Dari percobaan diatas didapatkan hasil pada tabung pertama terdapat
cincin warna putih, gumpalan panjang
yang menyambang, gelembung dan endapan putih, lalu Menambahkan larutan
lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin biru tua, larutan biru tua keunguan,
dan larutan keruh. Pada tabung kedua terdapat cincin putih, gumpalan panjang
yang menyambang, gelembung dan endapan putih, menambahkan larutan lugol sebanyak
5 tetes, terdapat cincin biru tua, larutan biru tua, dan larutan keruh. Sedangkan
pada tabung tiga terdapat gelembung dan endapan warna putih, lalu Menambahkan
larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin bening, larutan bening, endapan
putih dan endapan biru keunguan.
Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirahadikusuma (1989), Perubahan pH dapat mempengaruhi karena
dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga
menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum
berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
Baik tidaknya enzim itu beraktivitas diindikasikan dengan cepat
lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim tersebut. Dengan penambahan
larutan iodine, amilum akan memberikan warna biru tua. Apabila enzim menghidrolisis
amilum menjadi gula yang lebih sederhana, maka warna biru tua yang terbentuk
akibat reaksi dengan iodine tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi
kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna seiring dengan berkurang dan
habisnya amilum dalam larutan (amilumnya habis terhidrolisis menjadi gula
sederhana).
Pada percobaan kedua yaitu uji enzim Schardinger dalam susu yaitu
memasukkan 5ml susu berwarna coklat kedalam tabung A, B dan C yang sudah
disediakan kemudian pada tabung A dan B ditambahkan larutan methylen blue,
formaldehid dan sejumlah paraffinum liquid sedangkan pada tabung C yang berisi
susu 5 ml diapanaskan terlebih dahulu
dan didinginkan kembali baru ditetesi methylen blue, formaldehid dan
sejumlah paraffinum liquid didapatkan hasil yaitu pada tabung A warnanya
berubah menjadi biru tua, biru muda dan coklat muda, pada tabung B warnanya
biru tua, biru muda dan coklat muda sedangkan tabung C warnanya biru tua,
gumpalan biru muda dan biru muda. Setelah mengamati perubahannya kemudian percobaan
dilanjutkan dengan memasukkan ketiga tabung tersebut kedalam bejana yang berisi air yang sudah
dipanaskan dan hasilnya yaitu pada tabung A warnanya berubah menjadi biru tua
diatas, biru muda dan coklat, pada tabung B warnanya manjadi biru tua dan
coklat kebruan, sedangkan pada tabung C warnanya biru tua, biru muda, warna
coklat bercamour biru tua dan gumpalan biru tua didasarnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Saryono
(2011), yang menyatakan bahwa dalam susu pun terdapat semacam dihidrogenase
yaitu enzim Schardinger. Enzim ini sanggup mengambil hydrogen dari aldehida.
Dan susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik,
mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam
(pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif.
Pada percobaan
ini, menyiapkan 4 buah tabung reaksi dan mengisinya dengan larutan amylum. Kemudian mencelupkan
tabing pertama dalam es, tabung kedua pada temperature kamar, tabung ketiga
pada air panas 38 0C kemudian masing-masing tabung ditambahkan 2
tetes saliva encer sedangkan pada tabung keempat saliva yang ditambahkan adalah
yang telah dipanaskan di air mendidih. Kemudian
ditambahkan iodine dan didiamkan dalam interval waktu 5 menit. Pada interval
waktu 5 menit, tabung 1 yang didinginkan warnanya pucat, tabung 2 pada suhu kamar larutan berwarna bening,
tabung 3 diapanaskan 38 0C warnanya coklat, pada tabung 4 dengan saliva yang dipanaskan
warnanya puih keruh. Kemudian pada waktu 10 menit warnanya pada tabung 1 bening
keruh, tabung 2 bening, tabung 3 bening, tabung 4 warnanya bening keruh. Pada
waktu 15 menit warnanya pada tabung 1bening keruh, tabung 2 bening, tabung 3
bening, tabung 3 bening keruh. Sedangkan pada waktu 20 menit warnanya pada
tabung 1bening keruh, tabung 2 bening, tabung 3 bening, tabung 3 bening
keruh.
Dari hasil
percoban ini pada tabung tiga menunjukkan hasil negative karena terdapat amilum dengan pengujian ini
berdasarkan perubahan warna yang menjadi tidak berwarna keunguan. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur Toha (1992) yang menyatakan bahwa diantara
faktor–faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah
pengacuh temperatur. Adanya perbedaan hasil mungkin dikarenakan kesalahan dalam
pencampuran larutan atau karena pada saat perlakuan terhadap larutan tidak
terlalu spesifik karena tidak adanya alat seperti thermometer untuk mengukur
suhu ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan percobaan pada
praktikum ini adalah:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
yaitu suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.
2. Pengaruh suhu terhadap
aktivitas enzim pada percobaan uji iodium (I2) dan benedict tidak
menghasilkan hal yang positif pada suhu suhu
00C, 25-300C,
75-800C dan 1000C karena enzim hanya bekerja pada suhu optimum
yaitu 37-400C.
3. Pengaruh derajat keasaman (pH) dapat
mempengaruhi aktivitas enzim tetapi pada percobaan tidak menunjukkan adanya hal
tersebut dikarenakan enzim yang digunakan sudah rusak sehingga tidak bekerja
adalam kondisi apapun, seingga hasil yang diperoleh pada uji iodium (I2)
dengan pH 1, 7 dan 9 semuanya menghasilkan warna kuning sedangkan pada uji benedict pada pH 7
menghasilkan warna biru kehijauan.
B. Saran
Adapun
saran dari percobaan ini adalah sebaiknya untuk praktikum selanjutnya asam
klorida (HCl) diganti dengan KOH agar dapat diketahui pengaruh pH terhadap asam
lemah dan asam kuat pada enzim tersebut.
.
DAFTAR PUSTAKA
Asrar Fuad Rasfa, dkk.
“Evaluasi Bebab Mental Masinis Kereta Api Berdasarkan Subjective Workload
Assesment Technique (SWAT) dan Aktivitas Amilase dalam Air liur”. Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional. Vol.01(04).2014.h.22.
Baharuddin, Maswati. Biokimia Dasar. Makassar: Alauddin-Press.
2011.
Maria, Bintang. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. 2010.
Novianty, dkk. “Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim
Protease Dari Daun Sansakng” (Pycnarrhena Cauliflora Diels)”, vol.1. no. 1,
2012.
Poedjiadi A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, UI Press, Jakarta.
Resnawati, H., 2010, Kualitas Susu pada Berbagai Pengolahan dan
Penyimpanan (online), (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp08-70.pdf), (tanggal 11 Desember 2015).
Sutrisno.
Dasar-Dasar Biokimia. Jayapura
: Universitas Cenderawasih, 2015.
Yazid, Eistein. Lisda Nursanti. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa
Analisis. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar