Jumat, 21 Oktober 2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Enzim merupakan golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Sekarang, kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam sistem hidup. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar enzim dapat diperoleh dari ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya (Yazid, 2006).
Enzim adalah unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim bekerja dengan urutan-urutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi dari reaksi yang sangat sederhan seperti replikasi kromosom sampai ke reaksi yang sangat rumit, misalnya yang menguraikan molekul nutrient, menyimpan dan mengubah energi kimiawi. Masing-masing reaksi dikatalisis oleh sejenis enzim tertentu. Diantara sejumlah enzim tesebut, ada sekelompok enzim yang disebut enzim pengatur. Enzim dapat mengenali berbagai isyarat metabolis yang diterima. Melalui aktivitasnya, enzim pengatur mengkoordinasikan system enzim dengan baik, sehingga menghasilkan hubungan harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolis yang berbeda. Pada keadaan abnormal atau aktivitas berlebihan suatu enzim dapat menimbulkan penyakit (Yazid, 2006).
Organisme hidup mampu mendapatkan dan menggunakan energi dengan cepat karena adanya katalis biologis yang disebut enzim. Enzim dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk perubahan besar pada molekul substrat (Maria, 2012).
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan praktikum ini yaitu:
1.      Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?
2.      Bagaimana pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim?
3.       Bagaimana pengaruh derajat keasaman (ph) terhadap kerja enzim?
C.    Tujuan Percobaan
Percobaan pada praktikum ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
2.      Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim.
3.      Untuk mengetahui pengaruh derajat keasaman (ph) terhadap kerja enzim.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum
Enzim merupakan biomolekul yang berasal dari protein yang berfungsi sebagai katalis. Reaksi ini dalam suatu reaksi kimia organik. Substrat (molekul awal) akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arahan lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promotor. Dalam bekerja enzim bereaksi dengan molekul substrat menghasilkan senyawa intermediat dan membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga reaksi dapat dipercepat. Reaksi kimia terjadi karena energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi awal, pada akhir reaksi molekul katalis akan kembali ke bentuk semula (Baharuddin, 2011).
Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-kira 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino. Akan tetapi enzim lain memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya komponen ini disebut kofaktor. Kofaktor mungkin suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ atau mungkin juga suatu molekul anorganik kompleks yang disebut koenzim. Beberapa enzim membutuhkan baik koenzim maupun satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein, tetapi pada enzim lain senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim akan terdenaturasi oleh pemanasan (Baharuddin, 2011).
Mekanisme reaksi enzim biasanya sangat spesifik terhadap reaksi yang dikatalisisnya dan terhadap substrat yang terlibat dalam reaksi. Bentuk, muatan dan karakteristiknya yaitu hidrofobik/hidrofolik enzim dan substrat bertanggung jawab terhadap kepsesifikan ini. Enzim juga dapat menunjukkan tingkat stereospesifitas, regioselektivitas, dam kemoselektivitas yang sangat tinggi. Beberapa enzim yang menghasilkan metabolit sekunder dikatakan sebagai tidak pilih-pilih yakni bahwa enzim dapat bekerja pada berbagai jenis substrat yang sangat luas ini sangat penting terhadap evolusi lintasan biosintetik baru (Baharuddin, 2011).
B.  Gambaran Khusus
Susu merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal sebagai bahan yang tidak tahan lama dan mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena susu mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang mendekati normal dan kandungan nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini merupakan keadaan yang cocok untuk pertumbuhan optimum mikroorganisme (Resnawati, 2010).
Dalam protein yang ada pada susu terdapat enzim, yang dapat bereaksi dengan zat lain. Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan penambahan ‘ase’ di belakangnya (Poedjiadi, 2006).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis  untuk  proses  biokimia yang terjadi  dalam sel  maupun di luar sel. Suatu  enzim  dapat  mempercepat 108 sampai 1011 kali  lebih  cepat  daripada   apabila  reaksi   tersebut  dilakukan  tanpa katalis yang sangat efisien, di samping itu  mempunyai  derajat kekhasan yang tinggi (Poedjiadi, 2006).
Menurut Maria (2012) enzim dinamakan dan diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi katalisnya. kelompok utama enzim yaitu:
1. Oksidoreduktase: kelompok enzim yang mengerjakan reaksi pemindahan suatu gugus  dari suatu senyawa kepada senyawa lain.
2.  Transferase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan suatu gugus sari suatu senyawa kepada senyawa lain.
3.  Hidrolase: kelompok enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis.
4.  liase: kelompok enzim yang mengatalisis reaksi adisi atau pemecahan ikatan rangkap.
5. Isomerase: kelompok enzim yang mengatalisis perubahan  komformasi molekul (isomeriasi).
6.  ligase/Sintetase: kelompok enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan kovalen.
 Enzim amilase merupakan enzim yang mampu mengkatalis proses hidrolisis pati untuk menghasilkan molekul lebih sederhana seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin. Proses hidrolisis pati tersebut dilakukan melalui tiga tahapan yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga tahapan tersebut memerlukan energi yang relatif tinggi sehingga meningkatkan biaya produksi pada produk berbasis pati. Proses hidrolisis merupakan proses pemecahan rantai molekul polimer menjadi molekul penyusunnya yang lebih sederhana. Saat ini proses hidrolisa polimer pati menjadi molekul yang lebih sederhana telah menjadi salah satu tahapan penting dalam dunia industri. Hidrolisa pati tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan asam atau enzim pemecah pati misalnya dari golongan amilase. Penggunaan enzim amilase lebih dimintai sebab ramah lingkungan, pemecahan yang terjadi lebih spesifik dan tidak menimbulkan rasa yang menyimpang pada produk akhir. Proses hidrolisis pati menggunakan enzim amilase dapat mencapai derajat hidrolis pati hingga 42%-97% tergantung jenis substrat dan waktu inkubasi. Enzim amilase akan memecah substrat pati melalui tiga tahapan utama yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga proses tersebut merupakan proses dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya hidrolisis bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk menurunkan tingkat konsumsi energi tersebut adalah dengan menggunakan enzim amilase yang dapat memecah pati tanpa proses gelatinisasi (pati mentah) (Sutrisno, 2015).
Menurut Baharuddin (2011) mekanisme reaksi enzimatis dapat digambarkan dengan beberapa metode:
1.  Metode Fisher (model kaku/model kunci dan gembok)
            Model kunci dan anak kunci mengumpamakan pasangan enzim-substrat berupa gembok dan anak kuncinya. Berarti tidak sembarang anak kunci dipergunakan membuka dan menutup gembok. Hal ini dikemukakan oleh Emil Fisher. Hal ini menjelaskan tentang kespesifikan suatu enzim.
2.  Metode Ketepatan Induksi
            Berbeda dengan metode fisher, model Koschland menggambarkan bentuk molekul enzim yang lentur (fleksibel). Struktur enzim yang fleksibel, dan sisi aktif secara terus menerus berubah bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim dan substrat. Akibatnya, substart tidak berikatan dengan sisi aktif yang kaku. Orientasi rantai samping asam amino berbuah sesuai substrat sehingga enzim dapat menjalankan fungsi kataliknya (Maria, 2012).
Pengukuran laju awal dari suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim merupakan dasar pengertian yang lengkap dari mekanisme kerja enzim, sama seperti pada penetapan aktivitas suatu enzim dalam sampel biologi. Aktivitas enzim, konsentrasi substrat, pH, suhu, adanya aktivator atau inhibitor dan kofaktor terhadap kerja enzim (Maria, 2012).
Menurut Sutrisno (2015) ada beberapa  faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim diantaranya adalah:
a.  Faktor suhu.
Dimulai dari suhu 0o K (partikel enzim tidak dapat bergerak), setelah kenaikan 10oC kecepatan reaksi enzimatis dua kali lipat. Reaksi ini akan berlangsung sampai dicapai suhu optimal enzim yang bersangkutan. Bila suhu dinaikkan terus maka kecepatan reaksi mulai turun sampai enzim akan terdenaturasi dan tidak dapat aktif lagi.
b.  Faktor keasaman (pH)
Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya dapat mengalami kerusakan. Ketiga, inhibitor. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim dan keempat adalah konsentrasi karena kadar enzim berbanding lurus dengan kecepatan enzimatis (Baharuddin, 2011).
c. Pengaruh Konsentrasi Enzim
Pada konsentrasi substrak tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Dengan kata lain, kecepatan reaksi enzim (V) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim € sampai batas tertentu, sehingga reaksi mengalami keseimbangan. Pada saat seimbang, peningkatan konsentrasi enzim sudah tidak berpengaruh (Sutrisno, 2015).
d.  Pengaruh Konsentrasi Substrat
Pada konsentrasi enzim yang tetap, peningkatan konsentrasi subsrat akan menaikkan kecepatan maksimun (Vmaks) yang tetap. Pada titik maksimun, semua enzim telah jenuh dengan substrat, sehingga penambahan substrat sudah tidak akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimats (Sutrisno, 2015).
Beberapa faktor yang menyebabkan enzim  dapat bekerja dengan optimal dan efisien. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi enzim, substrat, senyawa inhibitor dan aktivator, pH serta temperatur lingkungan. Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur melewati temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis (Novianti, 2012).



BAB III
METODE PARAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanankannya praktikum pada hari Jumat, tanggal 11  Desember 2015, pukul 09.00-selesai bertempat di Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.  Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, tabung reaksi, spiritus, kaki tiga, pipet tetes, rak tabung, gegep, dan korek api.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu amilum 1%, air ludah (saliva), es batu, formaldehid, iodine 0,01%, larutan amilum 0,5%, larutan lugol, methylen biru, paraffinum liquid dan susu,.
C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
1.  Pengaruh pH Terhadap Kegiatan enzim
a.       Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
b.      Memasukkan masing-masing 5 ml larutan amilum 0,5% ke dalam tabung reaksi.
c.       Menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10% ke dalam tabung reaksi yang pertama.
d.      Menambahkan 4 tetes larutan HCl pekat ke dalam tabung reaksi yang kedua.
e.       Menambahkan 5 ml air liur yang telah diencerkan 50 kali ke dalam masing-masing tabung reaksi.
f.       Mendiamkan masing-masing abung reaksi pada suhu kamar selama 30 menit.
g.      Mengamati perubahan yang terjadi.
h.       Menambahkan 5 tetes larutan lugol ke dalam masing-masing tabung reaksi.
i.         Mengamati perubahan yang terjadi
Menyiapkan 3 tabung reaksi
5 ml amilum 0,5 %
5 ml amilum
5 ml amilum
4 tetes NaOH
4 tetes HCI
5 ml air liur
Pendiaman pada suhu kamar 30 manit
Menambahkan 5 tetes larutan lugol
Mengamati














2.  Enzim Schardinger dalam Susu
a.       Menyediakan 3 buah tabung reaksi.
b.      Memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang pertama.
c.       Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan formaldehid.
d.      Menambahkan 2 tetes larutan paraffinum liqudum.
e.       Mengamati perubahan yang terjadi.
f.       Menambahkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang kedua.
g.     Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
h.  Mengamati perubahan yang terjadi.
i.   Memasukkan 5 ml susu yang telah dipanaskan dan didinginkan kembali ke dalam tabung reaksi yang ketiga.
j.   Menambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
k.    Menambahkan 2 tetes paraffinum liqudum ke dalam tabung reaksi.
l.      Mengamati perubahan yang terjadi.
m. Memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi air panas dengan suhu 37-40oC.
n.   Mengamati perubahan yang terjadi.


Menyiapkan 3 tabung reaksi

           
Tabung 1            
Tabung 2
Tabung 2
5 ml susu

5 tetes methylene biru
5 tetes methylene biru

Dipanaskan dan didinginkan
Formaldehid+paraffinum liquid
Formaldehid
Methylen + formal-
dehid+paraffinum liquid
Memasukkan kedalam bejana berisi air panas
Mengamati
 















3.    Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
a.       Menyediakan 4 buah tabung reaksi.
b.      Memasukkan 5 ml larutan amilum 1% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c.        Memasukkan tabung reaksi yang pertama ke dalam es
d.      Menyimpan tabung reaksi yang kedua pada suhu kamar.
e.       Memasukkan tabung reaksi yang ketiga ke dalam air panas pada suhu 38oC.
f.       Menambahkan 2 tetes saliva encer pada tabung reaksi pertama, kedua dan ketiga.
g.      Menambahkan 2 tetes saliva encer yang telah dipanaskan dengan air mendidih ke dalam tabung reaksi yang keempat.
h.      Mengambil contoh dari masing-masing tabung dan menetesi dengan iodine 0,01 M sebanyak 2 tetes pada pipet tetes hingga interval 5 menit.
i.        Mengamati perubahan yang terjadi.
Menyiapkan 4 tabung reaksi
Celupkan dalam es
Pada suhu kamar
Air panas 38 0C
Saliva encer yang dipanaskan
5 ml air ludah
2 tetes saliva encer
Interval 5 menit, memasukkan sampel plat tetes
2 tetes iodine 0,01 M
mengamati
 



 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.  Pengaruh pH terhadap Kegiatan Enzim
No
Larutan
Gambar
Keterangan
1
5 ml amilum 0,5% + 4 tetes NaOH + 5 ml air liur
1
2
3
4
1.  Cincin berwarna putih
2.  Gumpalan panjang 
      yang menyambang
3.  Gelembung
4.  Endapan putih
2
5 ml amilum 0,5%
 + 4 tetes HCI pekak +
5 ml air liur
1
2
3

1. Cincin putih
2. Gumpalan panjang
    yang menyambang
3. Endapan putih
3
5 ml amilum 0,5% +5 ml air liur
1
2

1. Gelembung
2. Endapan putih
Sumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     
             Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.


2.  Enzim Scardinger Dalam Susu
No
Larutan
Gambar
Keterangan
1
5 ml susu+5 tetes methylen biru+formaldehid+ paraffinum liquid
a. Sebelum pemanasan
1
2
3
1. Biru tua
2. Biru muda
3. Coklat muda

b. Sesudah pemanasan
1
2
3
1. Biru tua
2. Biru muda
3. Coklat kebiruan
2
5 ml susu+ 5 tetes methylene biru dan formaldehid
a. Sebelum pemanasan


1
2
3
1. Biru tua
2. Biru muda
3. Coklat muda

b. Sesudah pemanasan

1
2


1. Biru tua
2. Coklat kebiruan

5 ml susu dipanaskan dan didingnkan lagi+ 5 tetes methylen biru+formaldehid+ paraffinum liquid
a. Sebelum pemanasan
1
2
3
1. Biru tua
2. Gumpalan biru muda
3. Biru muda

b. Sesudah pemanasa
1
2
3
1. Biru tua
2. Biru muda
3. Warna coklat dan biru tua
Sumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     
             Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Waktu
(menit)
Warna
Plat tetes 1
Plat tetes 2
Plat tetes 3
Plat tetes 4
5
Pucat
Bening
Coklat
Putih keruh
10
Bening keruh
Bening
Bening
Bening Keruh
15
Bening keruh
Bening
Bening
Bening Keruh
3. Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
Sumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     
             Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
B.  Pembahasan
Pada percobaan pertama pada enzim yaitu pengaruh pH terhadap kegiatan enzim yaitu pertama-tama menyiapkan tiga tabung reaksi kemudian menambahkan 5 ml amilum 0,5% kedalam masing-masing reaksi  setelah itu pada tabung pertama menambahkan 4 tetes NaOH 10% dan air liur 5 ml, pada tabung kedua menambahkan 4 tetes larutan HCI pekak dan 5 ml air ludah sedangkan pada tabung ketiga cuma menambahkan  5 ml air liur. Dari percobaan diatas didapatkan hasil pada tabung pertama terdapat cincin warna putih, gumpalan panjang  yang menyambang, gelembung dan endapan putih, lalu Menambahkan larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin biru tua, larutan biru tua keunguan, dan larutan keruh. Pada tabung kedua terdapat cincin putih, gumpalan panjang yang menyambang, gelembung dan endapan putih, menambahkan larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin biru tua, larutan biru tua, dan larutan keruh. Sedangkan pada tabung tiga terdapat gelembung dan endapan warna putih, lalu Menambahkan larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin bening, larutan bening, endapan putih dan endapan biru keunguan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wirahadikusuma (1989), Perubahan pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
Baik tidaknya enzim itu beraktivitas diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim tersebut. Dengan penambahan larutan iodine, amilum akan memberikan warna biru tua. Apabila enzim menghidrolisis amilum menjadi gula yang lebih sederhana, maka warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna seiring dengan berkurang dan habisnya amilum dalam larutan (amilumnya habis terhidrolisis menjadi gula sederhana).
Pada percobaan kedua yaitu uji enzim Schardinger dalam susu yaitu memasukkan 5ml susu berwarna coklat kedalam tabung A, B dan C yang sudah disediakan kemudian pada tabung A dan B ditambahkan larutan methylen blue, formaldehid dan sejumlah paraffinum liquid sedangkan pada tabung C yang berisi susu 5 ml diapanaskan terlebih dahulu  dan didinginkan kembali baru ditetesi methylen blue, formaldehid dan sejumlah paraffinum liquid didapatkan hasil yaitu pada tabung A warnanya berubah menjadi biru tua, biru muda dan coklat muda, pada tabung B warnanya biru tua, biru muda dan coklat muda sedangkan tabung C warnanya biru tua, gumpalan biru muda dan biru muda. Setelah mengamati perubahannya kemudian percobaan dilanjutkan dengan memasukkan ketiga tabung tersebut  kedalam bejana yang berisi air yang sudah dipanaskan dan hasilnya yaitu pada tabung A warnanya berubah menjadi biru tua diatas, biru muda dan coklat, pada tabung B warnanya manjadi biru tua dan coklat kebruan, sedangkan pada tabung C warnanya biru tua, biru muda, warna coklat bercamour biru tua dan gumpalan biru tua didasarnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Saryono (2011), yang menyatakan bahwa dalam susu pun terdapat semacam dihidrogenase yaitu enzim Schardinger. Enzim ini sanggup mengambil hydrogen dari aldehida. Dan susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif.
Pada percobaan ini, menyiapkan 4 buah tabung reaksi dan mengisinya  dengan larutan amylum. Kemudian mencelupkan tabing pertama dalam es, tabung kedua pada temperature kamar, tabung ketiga pada air panas 38 0C kemudian masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes saliva encer sedangkan pada tabung keempat saliva yang ditambahkan adalah yang telah dipanaskan di air mendidih.  Kemudian ditambahkan iodine dan didiamkan dalam interval waktu 5 menit. Pada interval waktu 5 menit, tabung 1 yang didinginkan warnanya pucat, tabung 2  pada suhu kamar larutan berwarna bening, tabung 3 diapanaskan 38 0C warnanya coklat,  pada tabung 4 dengan saliva yang dipanaskan warnanya puih keruh. Kemudian pada waktu 10 menit warnanya pada tabung 1 bening keruh, tabung 2 bening, tabung 3 bening, tabung 4 warnanya bening keruh. Pada waktu 15 menit warnanya pada tabung 1bening keruh, tabung 2 bening, tabung 3 bening, tabung 3 bening keruh. Sedangkan pada waktu 20 menit warnanya pada tabung 1bening keruh, tabung 2 bening, tabung 3 bening, tabung 3 bening keruh.  
Dari hasil percoban ini pada tabung tiga menunjukkan hasil negative karena  terdapat amilum dengan pengujian ini berdasarkan perubahan warna yang menjadi tidak berwarna keunguan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Toha (1992) yang menyatakan bahwa diantara faktor–faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah pengacuh temperatur. Adanya perbedaan hasil mungkin dikarenakan kesalahan dalam pencampuran larutan atau karena pada saat perlakuan terhadap larutan tidak terlalu spesifik karena tidak adanya alat seperti thermometer untuk mengukur suhu ruangan.



BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
                 Kesimpulan percobaan pada praktikum ini adalah:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.
2.  Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim pada percobaan uji iodium (I2) dan benedict tidak menghasilkan hal yang positif pada suhu suhu  00C, 25-300C,  75-800C  dan 1000C  karena enzim hanya bekerja pada suhu optimum yaitu 37-400C.
3.  Pengaruh derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi aktivitas enzim tetapi pada percobaan tidak menunjukkan adanya hal tersebut dikarenakan enzim yang digunakan sudah rusak sehingga tidak bekerja adalam kondisi apapun, seingga hasil yang diperoleh pada uji iodium (I2) dengan pH 1, 7 dan 9 semuanya menghasilkan warna kuning  sedangkan pada uji benedict pada pH 7 menghasilkan warna biru kehijauan.
B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah sebaiknya untuk praktikum selanjutnya asam klorida (HCl) diganti dengan KOH agar dapat diketahui pengaruh pH terhadap asam lemah dan asam kuat pada enzim tersebut.

.




DAFTAR PUSTAKA

Asrar Fuad Rasfa, dkk. “Evaluasi Bebab Mental Masinis Kereta Api Berdasarkan Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dan Aktivitas Amilase dalam Air liur”. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Vol.01(04).2014.h.22.

Baharuddin, Maswati.  Biokimia Dasar. Makassar: Alauddin-Press. 2011.
Maria, Bintang. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. 2010.
Novianty, dkk. “Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Protease Dari Daun Sansakng” (Pycnarrhena Cauliflora Diels)”, vol.1. no. 1, 2012.
Poedjiadi A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, UI Press, Jakarta.

Resnawati, H., 2010, Kualitas Susu pada Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan (online), (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp08-70.pdf), (tanggal 11 Desember 2015).

Sutrisno. Dasar-Dasar Biokimia. Jayapura : Universitas Cenderawasih, 2015.
Yazid, Eistein. Lisda Nursanti. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analisis. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar